Tuesday, July 7, 2020

CARA MAHASISWA MENDAPATKAN PENGHASILAN DI MASA PANDEMI





Dokumen pribadi Muhammad Fajrin&Papuket.id



PURWAKARTA-Virus corona masih mewabah dan menjadi pandemi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kondisi ini memaksa semua orang harus tetap di rumah mengisolasi diri agar tidak terkena virus. Oleh karena itu, semua aktivitas menjadi terhambat, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 


Termasuk mahasiswa yang harus terpaksa melakukan kuliah jarak jauh melalui online. Hal ini sangat memberatkan mahasiswa, dimana kuliah online ini membutuhkan kouta internet yang cukup menguras uang saku mereka. 



Tidak bisa dipungkiri banyak mahasiswa yang tidak di beri uang jajan oleh orang tuanya, karena kuliah yang berbeda saat ini mengharuskan berdiam di dalam rumah. Belum lagi jika orang tua mereka terdampak pekerjaannya karena pandemi ini. 


Muhammad Fajrin yang kerap disapa Ajay ini berinisiatif untuk membuka bisnis di tengah pandemi. Merintis usaha di tengah pandemi virus corona (Covid-19) bukanlah sesuatu yang mudah. Tentunya harus ada keberanian karena memiliki resiko yang cukup besar. Meski demikian, adanya pandemi ini bukanlah menjadi  penghalang bagi Ajay untuk merintis usaha kuliner rumahan.

"Ya memang membuka usaha ini banyak yang perlu di pertimbangkan, apalagi di tengah pandemi seperti ini. Kita harus siap mental karena kondisi sekarang berbeda dengan biasanya," tuturnya saat diwawancara, Minggu,(5/7/2020).

Statusnya yang masih mahasiswa semester empat di Ekuitas Bandung ini, semangatnya untuk menjadi wirausaha muda patut diacungi jempol. Dia memiliki alasan tersendiri kenapa harus memulai usaha ini. Selain hobi berbisnis juga mengisi waktu luang selama proses kuliah daring.

Menurutnya, momentum kuliah daring yang diberlakukan saat ini sangat pas dimanfaatkan sambil berjualan. Apalagi pemerintah membatasi aktivitas sosial yang membuat masyarakat harus dirumah saja.

"Dari pada tidak ada aktivitas lain kecuali kuliah online, mending diselingi dengan berjualan kuliner, hitung-hitung bisa membantu orang tua dan menambah uang jajan kita juga," tuturnya.

Ia memberi nama usahanya Papuket.id, perpaduan es kelapa dicampur dengan buah alpukat yang menyegarkan. Apalagi kota Purwakarta yang cuacanya sangat panas di siang hari sangat cocok untuk membeli es papuket ini.

Meski usahanya yang ia geluti masih baru-baru ini, sekitar awal maret yang lalu. Namun sudah mampu menarik banyak pelanggan. Penghasilan setiap harinya pun tidak luput dari angka Rp 70 rb sampai Rp 150 rb rupiah.

"Walaupun lingkup orderannya masih wilayah di Purwakarta saja. Semoga ini menjadi langkah awal untuk menata karies saya menjadi suskes kedepannya," pungkas Ajay.

Ayah fajrin sendiri Ahmad Fauzi turut berbahagia melihat anaknya bisa mandiri memulai usaha. Banyak dukungan penuh dari orang tua agar Ajay bisa sukses dan membanggakan keluarga.

"Sangat seneng liat anak bisa buka usaha sendiri, walau masih usaha home made semoga kedepannya bisa maju membuka ruko. Saya sebagai ayah terus mendukung dan mendoakan semoga usahanya selalu diberikan kelancaran," ujarnya.

Menurut Ahmad, mahasiswa lain bisa menjadikan contoh bahwa mereka bisa mendapatkan penghasilan dari cara usaha mereka sendiri. Tidak perlu kerja yang berat, cara berbisnis adalah salah satu alternatif agar bisa mendapatkan uang jajan sendiri tanpa harus meminta lagi ke orang tua.

"Semoga mahasiswa lain juga bisa mengikuti jejak anak saya yang membuka usaha sendiri, tidak harus tergantung ke orang tuanya saja, syukur jika bisa memberi apa yang orang tua mereka mau," pungkas Ahmad. 

Selain itu, Abdul Hafiz mahasiswa semester empat ini menjalankan usahanya sebagai reseller di produk fashion. Menurutnya, menjadi reseller adalah cara usaha yang tidak perlu mengeluarkan modal dan bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, karena usaha ini memang memakai sistem online shop. 

"Enak jadi reseller tidak usah mengeluarkan modal, kita juga bisa cuma diem di rumah tapi bisnis berjalan terus. Ini cara paling mudah buat mahasiswa yang masih bingung mau usaha apa," pungkas Abdul.



Nama:Muhammad Zaki Nur
NIM  : 1174050107
Kelas: Jurnalistik 6 C















Monday, May 18, 2020

Laris Manis Penjual Kue di Masa Pandemi

doc. pribadi Ibu Erna Damayanti
Menjelang hari Raya Idul Fitri kurang lengkap rasanya bila tidak menyiapkan kue lebaran atau biasa disebut kue kering. Nastar,kastangel,putri salju,kue kacang,dan aneka varian kue kering lainnya agaknya telah menjadi sajian khas hari raya idul fitri. Masyarakat sudah tidak asing mendengar nama-nama kue tersebut yang merupakan cemilan bagi para tamu yang datang ke rumah untuk bersilaturahmi saat lebaran.

Di masa pandemi Covid-19 ini, Ibu rumah tangga asal Kota Bogor, Erna Damayanti (47),memanfaatkan moment ini untuk berbisnis cemilan khal lebaran ini atau kue kering. Karena adanya pandemi, ekonomi menjadi sulit, hal ini menjadi kesempatan bagi ibu dua anak ini untuk mendapatkan hasil rezekinya dari bisnis kue kering.

Sudah hampir 5 tahun Ibu Erna membuka bisnis kue kering di saat menjelang hari raya Idul Fitri. Akan tetapi tidak disangka ditengah pandemi yang sedang kita hadapi ini, orderan kue keringnya melejit naik tidak seperti tahun-tahun kemarin. “Orderan kue tahun ini lebih dari tahun-tahun kemarin, padahal sekarang sedang pandemi tapi Allhamdulillah rezeki buat saya,”ungkapnya saat dihubungi via daring.

Kue kering home made dengan kualitas dan rasa yang terbaik menjadi nilai daya tarik bagi pembeli terutama dari tetangga dan teman-temannya  Ibu Erna, karena terpaksa tidak bisa pulang ke kampung halamannya. Tidak hanya itu ada dari instansi pemerintah juga yang memesan kue kering  berbentuk parsel.

Pada tahun ini omset bisnis Ibu Erna memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang biasanya membuat 100 pcs toples kue kering,kini bisa mencapai kurang lebih 150pcs toples kue kering. Karena Harganya yang sesuai dengan kualitas bahan menjadi daya tarik pembeli.

“Untuk tahun ini dapat orderan kurang lebih 150pcs, biasanya tahun kemarin Cuma 100pcs. Mungkin karena sekarang banyak yang tidak mudik jadi banyak juga yang beli kue kering ke saya. Harganya 50 ribu per pcs nya dengan bahan kualitas yang terbaik dan juga home made,”.jelasnya

doc. pribadi Ibu Erna Damayanti

Dengan terusnya omset naik yang didapatkan Ibu Erna, berencana untuk membuka toko kue. Karena diliat dari bangsa pasarnya yang terus naik membuat Ibu Erna yakin jika toko kuenya akan sukses.

Nama : Muhammad Zaki Nur
NIM   : 1174050107
Kelas  : Jurnalitik/6C

Thursday, April 23, 2020

Social Distancing Kini Sudah Tak Penting

Pembeli sedang mengantri untuk ke kasir minimarket 
Purwakarta,(21/4/2020)
(Foto Dok. Pribadi)



PURWAKARTA-COVID-19, virus yang  sudah menjadi pandemi mematikan ratusan jiwa di seluruh dunia. Belum ada yang bisa menemukan obat penyakit ini,  maka dari itu salah satu jalan untuk menghindari dari penyakit ini yaitu social distancing atau pembatasan sosial, kebijakan yang dibuat agar masyarakat tidak terkena virus ini dan menurunkan angka kasus positif dari virus ini.

Social distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus Corona dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang lain.

Menurut WHO,ada baiknya untuk mempertahankan jarak setidaknya 1-3 meter ketika berada di tempat umum  terlebih jika ada seseorang yang batuk atau bersin.

Dengan melakukan hal tersebut, diyakini dapat mencegah diri dari terjangkit virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut. pasalnya virus tersebut telah terbukti mudah menular saat gejala masih ringan yakni di masa inkubasi. 

Meskipun, kondisi seperti ini masih menjadi masalah pribadi karena masih ada orang yang tidak mudah untuk melakukannya.

Dengan kata lain,terlihat dengan sangat jelas ada persoala nyang sementara dihadapi oleh masyarakat terkait dengan Social distancing.

Tidak bisa kita mungkin bahwa akibat dari social distancing, masyarakat harus melakukan aktivitas di tempat tinggal masing-masing.

Sementara, sebelumnya mereka melakukan aktivitas dengan banyak orang secara bersama-sama. Namun masyarakat belum sadar akan nya hal ini ini,karena social distancing ini hanya bersifat himbauan dan masih banyak masyarakat yang belum bisa menerapkan pembatsaan sosial ini.

Salah satunya minimarket yang masih buka karena adanya kepentingan usaha, dan masyarakat pun menghiraukan pembatasan sosial ini karena butuhnya barang yang diperlukan sehari-hari.

Salah satu pegawai minimarket Fakhri Ali (22) mengatakan selama pandemi ini masih ada,minimarket tetap buka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi memang Social Distancing ini kurang diperhatikankarena banyaknya pengunjungyang datang dan sempitnya minimarket membuat Social Distancing tidak diperhatikan. Namun untuk kedepannya minimarket ini akan menerapkan peraturng batas maksimal orang yang masuk ke dalam minimarket ini.

“Ya Social Distancingnya kurang diperhatikan masih suka penuh dan tidak ada jarak dengan orang lain, karena toko ini pun tidak terlalu luas dan pengunjung banyak yang datang, tetapi kita nanti akan menerapkan peraturan batak maksimal yang ingin belanja di minimarket ini,”ungkapnya,Selasa,(21/4/2020).


Oleh sebab itu, kebijakan sosial distancing kelihatannya belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai strategi pencegahan penyebaran Covid-19.

Karena, sekalipun Covid-19 sangat meresahkan masyarakat terkait dengan kesehatandan keselamatan diri,namun ikatan relasi sosial masih lebih kuat dalam perspektif masyarakat.

Kita berharap masyarakat dapat mengerti tentang pandemi ini. dengan demikian, penanggulangan wabah Covid-19 memerlukan pendekatan kultural,dan karenanya peranan para tokoh dan pihak-pihak dapat memegang kekuatan kulturan dalam masyarakat.

Nama: Muhammad Zaki Nur
NIM: 1174050107
Kelas: Jurnalistik/6C

CARA MAHASISWA MENDAPATKAN PENGHASILAN DI MASA PANDEMI

Dokumen pribadi Muhammad Fajrin&Papuket.id PURWAKARTA- Virus corona masih mewabah dan menjadi pandemi di seluruh dunia, t...